Kamis, 11 Oktober 2012

Memiliki Hati Sebagai Pemimpin

Memimpin tidak hanya menggunakan otak (pengetahuan) dan mengandalkan skill (ketrampilan). Pemimpin yang memimpin dengan memakai otak dan skill saja cepat atau lambat akan ditinggalkan oleh pengikutnya. Mengapa? Karena pemimpin yang memimpin dengan otak dan skill akan lebih cenderung otoriter dan sedikit sombong.

Oleh karena itu demi kesuksesan kepemimpinan seorang pemimpin, maka sangat diperlukan memimpin dengan hati. Bila otak, skill dan hati digunakan secara optimal dalam kepemimpinan seorang pemimpin, bisa dijamin bahwa kepemimpinannya akan langgeng dan mendapat dukungan dari banyak pihak.

Pertanyaan mendasar yang patut diajukan ialah mengapa harus memimpin dengan hati sebagai upaya mencapai kesuksesan dalam kepemimpinan?

1. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kasih.
Pemimpin harus memimpin dengan hatinya. Dari hatinya akan mengalir kasih bagi orang-orang yang dipimpin. Pemimpin yang memimpin dengan hati hanya bisa dimungkinkan karena pengalaman perjumpaannya secara pribadi dengan Yesus Sang PEMIMPIN AGUNG.

Setiap pemimpin yang dijamah hatinya oleh Yesus, pasti memiliki kasih seperti Yesus. Pemimpin Kristen bisa memimpin dengan hati yang mengasihi TUHAN Allahnya dan mengasihi orang-orang yang dipimpinnya. Inilah hukum kepemimpinan yang digariskan oleh Yesus. Dikatakan demikian: "...Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" - Matius 22:36-39.

2. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kerendahan hati.
Pemimpin yang rendah hati menjadi lawan dari pemimpin yang tinggi hati. Tuhan Allah sangat menentang orang yang tinggi hati. Apalagi orang itu adalah pemimpin, maka Tuhan Allah akan menindak pemimppin yang meninggikan diri.

Dalam suratnya, Yakobus menulis demikian: "Tetapi kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" - Yakobus 4:6.

Berdasarkan firman Allah di atas, kita melihat bahwa Allah begitu menentang pemimpin yang tinggi hati atau yang congkak atau yang sombong. Ia merendahkan pemimpin yang selalu bertepuk dada dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.

Menariknya ialah bahwa Allah mengasihi pemimpin yang memimpin dengan kerendahan hati. Inilah karakter pemimpin yang dicari oleh Allah. Hanya pemimpin yang memimpin dengan hati yang memiliki kerendahan hati. Allah sangat menghargai dan terus mengangkat pemimpin yang rendah hati menjadi kepala dan terus naik karir kepemimpinannya dan bukan turun.

3. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki buah-buah roh.
Pemimpin yang memimpin dengan hati menghasilkan buah-buah roh dalam kepemimpinannya. Buah-buah roh ini menandai kehidupan pemimpin yang memimpin dengan hati.

Buah-buah roh dimaksud seperti yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Galatia demikian: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" - Galatia 5:22-23.   
READ MORE - Memiliki Hati Sebagai Pemimpin

Rabu, 10 Oktober 2012

Motivasi Dan Pemimpin Kristen


Motivasi dan pemimpin Kristen bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pemimpin Kristen butuh motivasi dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Karena tanpa motivasi, maka pemimpin akan mengalami stag dan tidak efektif dalam kepemimpinannya.

Di sisi lain, motivasi merupakan pemantik bagi pemimpin untuk bertindak dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Motivasi yang kuat memungkinkan pemimpin dapat meraih visi organisasi yang dipimpinnya. 

Dalam Alkitab, kita menemukan terdapat dua macam motivasi kepemimpinan seorang pemimpin. Dua macam motivasi dimaksud, yaitu:

Motivasi yang benar
Dalam I Samuel 16: 7, Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Memang pada awalnya Samuel hendak memilih salah satu dari anak-anak Isai berdasarkan tampang atau penampilan fisik yang gagah perkasa, besar, perawakan yang hebat dan lainnya untuk menggantikan Raja Saul yang sudah tidak layak di mata Tuhan, namun ketika Allah berfirman kepada Samuel bahwa Daudlah yang harus dipilih untuk menjadi Raja atas bangsa Israel, maka di sini terlihat bahwa oleh karena kepekaan Samuel kepada suara Tuhan mengalahkan motivasi awalnya, sehingga dia tunduk dan taat kepada suara Tuhan.
Kepekaan mendengar suara Tuhan melalui Firman-Nya menjadi hal yang utama bagi setiap pemimpin Kristen, agar tetap belajar rendah hati dan mampu menjaga kehidupannya dari motivasi yang salah dan memiliki motivasi yang benar dalam kepemimpinannya. Allah berfirman kepada Nabi Yesaya: ‘Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55: 8-9). Sejarah mengungkapkan, bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang berhasil menjalani perjalanan hidup mulai menurun pada saat mereka menjadi tinggi hati atas keberhasilannya (Amsal 18: 12).
Tinggi hati mendahului kehancuran tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Tuhan Yesus mengajarkan tentang motivasi yang benar dengan istilah “Kasih”. Mengasihi Allah” dan ”mengasihi sesama” yang perlu dimiliki oleh pemimpin Kristen. Hal ini disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada Simon Petrus dalam Yohanes 21: 15-17. Hal mengasihi ditanyakan oleh Yesus kepada simon sampai tiga kali berturut-turut, artinya bahwa mengasihi Kristus dan mengasihi sesama harus menjadi motivasi utama bagi semua pemimpin Kristen, menjadi tugas pribadi mereka. Mengasihi Kristus berarti mengenal dan mengerti keadaan hati Kristus. Rasul Paulus berdoa bagi semua orang di Efesus supaya mereka berakar dan dibangun di dalam kasih, serta mempunyai kekuatan mengerti bagaimana lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus yang melebihi semua akal manusia (Efesus 3: 17- 19). Rasul Yohanes menggunakan kata ”kasih” lebih dari empat puluh (40) kali dalam Injil Yohanes, I Yohanes – III Yohanes. Jadi sesungguhnya motivasi yang benar adalah ”kasih” kepada Allah dan sesama sebagai dasar utama.
Motivasi yang salah
Dalam kepemimpinan Kristen, motivasi selalu mendapat cobaan dan godaan dalam perjalanan kepemimpinan, karena itu Rasul Paulus memberikan nasihat dalam Filipi 2: 3, ”Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”.
Motivasi yang salah adalah mengejar ”ambisi pribadi”. Selanjutnya Rasul Paulus juga memberikan nasihat dalam Roma 15: 1-2: ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.”
Motivasi yang benar dalam kehidupan pemimpin Kristen dapat berubah menjadi motivasi yang salah apabil ambisi pribadi, mencari kepentingan diri sendiri dan tidak menghargai orang lain lagi, karena menganggap diri lebih pandai dan lebih hebat. Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tinggi hati (Mazmur 101: 5); Orang yang mencari popularitas pribadi dan menyombongkan diri sebagai seorang pemimpin Kristen, maka sama halnya dengan dia sedang melawan Tuhan. Rasul Paulus memberikan nasehat dalam Galatia 3:3; Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
READ MORE - Motivasi Dan Pemimpin Kristen

6 Peran Pemimpin Kristen Dalam Organisasi


Bila pemimpin dapat mengembangkan karakter dan pribadinya dengan baik, maka dia akan mampu mempengaruhi orang lain, di mana dia akan berperan dalam organisasi. Ada beberapa bidang yang sangat diperlukan organisasi dimana pemimpin Kristen berperan:
1. Pengaturan waktu (time management)
Aplikasi praktis dari kepemimpinan yang dapat menjadi teladan, memiliki integritas dan melayani dengan jiwa dan roh adalah kemampuan untuk dapat menyumbang kan perhatian terhadap pentingnya mengelola waktu dengan efektif dan efisien.
2.  Kerja keras (hard work)
Bekerja keras juga menjadi tantangan organisasi, karena seringkali etos kerja sangat lemah. Pemimpin Kristen harus memberikan teladan dalam bekerja, karena bekerja adalah panggilan dan ibadah. Bekerja keras harus ditambah dengan bekerja dengan pintar (smart work).
3.  Ketekunan (persistence)
Pemimpin Kristen perlu mengajarkan jemaat/masyarakat tentang ketekunan dalam bekerja. Keinginan untuk menjadi cepat sukses mungkin akan menjadi masalah, bila tidak memiliki karakter ketekunan untuk menapak karir selangkah demi selangkah.
4.  Kejujuran (honesty)
Tanpa kejujuran, pemimpin Kristen tidak akan pernah berhasil menggerakkan orang lain, karena inilah yang esensial dalam kehidupan seorang pemimpin. Menjadi transparan menyebabkan ada harga yang harus dibayar seperti menjadi “luka”, tetapi pemimpin yang terbuka akan mendapat banyak pertolongan.
5.  Bertangung jawab (responsibility)
Sikap bertanggung jawab adalah sikap yang paling penting dalam karakter seorang pemimpin.  Winston Churchill berkata, “Harga dari sebuah kebesaran adalah tanggung jawab - the price of greatness is responsibility”.   Pemimpin harus bertanggung jawab kepada dirinya sendiri, kepada pekerjaannya, kepada harta yang diterimanya, dan kepada orang yang dipimpinnya. Dengan demikian ia bisa menularkan prinsip ini kepada jemaatnya.
6.  Sikap positif dalam situasi apapun (positive attitude)
Sikap negatif adalah hal yang harus dihindari para pemimpin. Pemimpin Kristen harus menularkan prinsip adanya peluang dalam tantangan yang dihadapi.  
Hal di atas menyangkut hal-hal yang bersifat umum. Yang bersifat khusus sebagai komunitas Kristiani adalah perlu ditambah dengan membawa umat Allah menjadi serupa dengan Kristus. Dengan kata lain peran pemimpin gereja adalah membawa umat Allah memiliki watak Kristus. Dan ini adalah proses yang berlangsung seumur hidup manusia.
READ MORE - 6 Peran Pemimpin Kristen Dalam Organisasi