Setiap pemimpin sudah tentu ingin kepemimpinannya menjadi efektif, efisien dan produktif. Namun, tidak jarang yang terjadi bahwa proses kepemimpinannya menjadi stag karena berbagai faktor. Antara lain, kurang pengalaman, kurang pendidikan, kurang latihan dan lain sebagainya.
Kendati demikian, faktor-faktor di atas bisa di atasi oleh seorang pemimpin yang ingin menjadi pemimpin yang efektif. Bagaimana caranya?
1. Memimpin dengan contoh
Memimpin dengan contoh akhir-akhir ini semakin rame dididiskusi oleh semua kalangan elite maupun akar rumput. Tentu hal itu memiliki alasan mendasar karena faktanya banyak pemimpin yang tidak menjadi contoh yang baik dalam memimpin. Banyak pemimpin yang perilakunya korup dan hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja.
Itu sebabnya, memimpin dengan contoh menjadi kebutuhan mendasar di negeri ini. Mencari figur yang memiliki keteladanan kepemimpinan yang bersih, jujur, transparan dan tidak korup bagaikan mencari mutiara di mulut singa.
Pencarian terhadap pemimpin semacam itu sudah lama dilakukan. Dan baru-baru ini publik dibuat terperangah ketika Joko Widodo dan Basuki Cahaya Purnama terpilih menjadi orang nomor satu untuk memimpin ibu kota Jakarta. Mereka dipilih oleh rakyat karena rekam jejak mereka sudah terbukti. Mereka memimpin dengan contoh. Itu sebabnya kepemimpinan mereka sangat efektif dan didukung oleh rakyat.
2. Memimpin dengan
integritas
Di dalam sebuah survey di
Amerika yang ditujukan kepada kurang lebih 1300 para pimpinan perusahaan dan
pejabat di pemerintahan, mereka ditanya kualitas apakah yang paling penting
dimiliki untuk dapat sukses menjadi pemimpin. Jawabannya menarik karena
secara mayoritas (71%) mereka memilih jawaban sebagai yang terpenting:
integritas.
Arti kata integritas adalah
keadaan yang sempurna, di mana perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri
seseorang. Seseorang yang memiliki integritas tidak meniru orang lain,
tidak berpura-pura, tidak ada yang disembunyikan, dan tidak ada yang perlu
ditakuti. Kehidupan seorang pemimpin adalah seperti surat Kristus yang
terbuka (II Kor 3:2).
Beberapa ciri dari intergritas
seorang pemimpin Kristen: pertama, hidup sesuai dengan apa yang diajarkan;
kedua, melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan; ketiga, jujur dengan orang
lain; keempat, memberikan yang terbaik bagi kepentingan orang lain atau
organisasi daripada diri sendiri; kelima, akan hidup secara transparan.
Integritas sebagai karakter
bukan dilahirkan, tetapi dikembangkan secara satu lepas satu di dalam kehidupan
kita melalui kehidupan yang mau belajar, keberanian untuk dibentuk Roh
Kudus. Itu sebabnya seorang pemimpin terkenal berani berkesimpulan, bahwa
karakter yang baik akan jauh lebih berharga dan dipuji manusia dibandingkan
dengan bakat atau karunia yang terhebat sekalipun. Kegagalan sebagai
pemimpin bukan terletak kepada strategi dan kemampuannya dalam memimpin, tetapi
kepada tidak adanya integritas pada diri pemimpin.
Pepatah Melayu berkata,
“Semakin tinggi monyet naik ke atas pohon, semakin kelihatan pantatnya yang
jelek.” Memang kepemimpinan selalu menjadi sorotan dan ketika seseorang
menjadi pemimpin, mulai kelihatan kelemahannya. Tetapi mengembangkan
integritas akan menolong kita menghadapi hal ini.
3. Memimpin dengan jiwa
dan roh
Yang dimaksud dengan memimpin
dengan jiwa dan roh adalah pelayanan kita nantinya bukan hanya soal pekerjaan
laksana seorang upahan.
Kisah tentang Yesus yang
membasuh kaki murid-muridNya dalam Yohanes 13 seharusnya menjadi teladan
kita. Karena di sana seorang pemimpin adalah berjiwa hamba. Yang
dimaksud pemimpin yang memiliki hati hamba adalah pemimpin yang dimotivasi oleh
kasih untuk melayani, kasih yang berinisiatif melayani di mana murid-muridNya
saling menunggu, dan yang memberikan teladan.
Albert Schweitzer (misionari,
musisi, dan humanis agama) pernah berkata tentang arti pelayanan, “Saya tidak tahu
apa yang akan terjadi pada masa depan Anda, tetapi saya hanya tahu satu
hal: di antara kalian yang akan memiliki kebahagiaan adalah mereka yang sungguh
mencari dan mendapatkan prinsip bagaimana melayani.”
Pemimpin yang melayani dengan
jiwa dan roh akan membentuk karakter dari pemimpin itu menuju ke arah watak
Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar