Memimpin tidak hanya menggunakan otak (pengetahuan) dan mengandalkan skill (ketrampilan). Pemimpin yang memimpin dengan memakai otak dan skill saja cepat atau lambat akan ditinggalkan oleh pengikutnya. Mengapa? Karena pemimpin yang memimpin dengan otak dan skill akan lebih cenderung otoriter dan sedikit sombong.
Oleh karena itu demi kesuksesan kepemimpinan seorang pemimpin, maka sangat diperlukan memimpin dengan hati. Bila otak, skill dan hati digunakan secara optimal dalam kepemimpinan seorang pemimpin, bisa dijamin bahwa kepemimpinannya akan langgeng dan mendapat dukungan dari banyak pihak.
Pertanyaan mendasar yang patut diajukan ialah mengapa harus memimpin dengan hati sebagai upaya mencapai kesuksesan dalam kepemimpinan?
1. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kasih.
Pemimpin harus memimpin dengan hatinya. Dari hatinya akan mengalir kasih bagi orang-orang yang dipimpin. Pemimpin yang memimpin dengan hati hanya bisa dimungkinkan karena pengalaman perjumpaannya secara pribadi dengan Yesus Sang PEMIMPIN AGUNG.
Setiap pemimpin yang dijamah hatinya oleh Yesus, pasti memiliki kasih seperti Yesus. Pemimpin Kristen bisa memimpin dengan hati yang mengasihi TUHAN Allahnya dan mengasihi orang-orang yang dipimpinnya. Inilah hukum kepemimpinan yang digariskan oleh Yesus. Dikatakan demikian: "...Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" - Matius 22:36-39.
2. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kerendahan hati.
Pemimpin yang rendah hati menjadi lawan dari pemimpin yang tinggi hati. Tuhan Allah sangat menentang orang yang tinggi hati. Apalagi orang itu adalah pemimpin, maka Tuhan Allah akan menindak pemimppin yang meninggikan diri.
Dalam suratnya, Yakobus menulis demikian: "Tetapi kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" - Yakobus 4:6.
Berdasarkan firman Allah di atas, kita melihat bahwa Allah begitu menentang pemimpin yang tinggi hati atau yang congkak atau yang sombong. Ia merendahkan pemimpin yang selalu bertepuk dada dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Menariknya ialah bahwa Allah mengasihi pemimpin yang memimpin dengan kerendahan hati. Inilah karakter pemimpin yang dicari oleh Allah. Hanya pemimpin yang memimpin dengan hati yang memiliki kerendahan hati. Allah sangat menghargai dan terus mengangkat pemimpin yang rendah hati menjadi kepala dan terus naik karir kepemimpinannya dan bukan turun.
3. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki buah-buah roh.
Pemimpin yang memimpin dengan hati menghasilkan buah-buah roh dalam kepemimpinannya. Buah-buah roh ini menandai kehidupan pemimpin yang memimpin dengan hati.
Buah-buah roh dimaksud seperti yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Galatia demikian: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" - Galatia 5:22-23.
Oleh karena itu demi kesuksesan kepemimpinan seorang pemimpin, maka sangat diperlukan memimpin dengan hati. Bila otak, skill dan hati digunakan secara optimal dalam kepemimpinan seorang pemimpin, bisa dijamin bahwa kepemimpinannya akan langgeng dan mendapat dukungan dari banyak pihak.
Pertanyaan mendasar yang patut diajukan ialah mengapa harus memimpin dengan hati sebagai upaya mencapai kesuksesan dalam kepemimpinan?
1. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kasih.
Pemimpin harus memimpin dengan hatinya. Dari hatinya akan mengalir kasih bagi orang-orang yang dipimpin. Pemimpin yang memimpin dengan hati hanya bisa dimungkinkan karena pengalaman perjumpaannya secara pribadi dengan Yesus Sang PEMIMPIN AGUNG.
Setiap pemimpin yang dijamah hatinya oleh Yesus, pasti memiliki kasih seperti Yesus. Pemimpin Kristen bisa memimpin dengan hati yang mengasihi TUHAN Allahnya dan mengasihi orang-orang yang dipimpinnya. Inilah hukum kepemimpinan yang digariskan oleh Yesus. Dikatakan demikian: "...Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" - Matius 22:36-39.
2. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki kerendahan hati.
Pemimpin yang rendah hati menjadi lawan dari pemimpin yang tinggi hati. Tuhan Allah sangat menentang orang yang tinggi hati. Apalagi orang itu adalah pemimpin, maka Tuhan Allah akan menindak pemimppin yang meninggikan diri.
Dalam suratnya, Yakobus menulis demikian: "Tetapi kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepada kita, lebih besar dari pada itu. Karena itu Ia katakan: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati" - Yakobus 4:6.
Berdasarkan firman Allah di atas, kita melihat bahwa Allah begitu menentang pemimpin yang tinggi hati atau yang congkak atau yang sombong. Ia merendahkan pemimpin yang selalu bertepuk dada dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Menariknya ialah bahwa Allah mengasihi pemimpin yang memimpin dengan kerendahan hati. Inilah karakter pemimpin yang dicari oleh Allah. Hanya pemimpin yang memimpin dengan hati yang memiliki kerendahan hati. Allah sangat menghargai dan terus mengangkat pemimpin yang rendah hati menjadi kepala dan terus naik karir kepemimpinannya dan bukan turun.
3. Pemimpin yang memimpin dengan hati memiliki buah-buah roh.
Pemimpin yang memimpin dengan hati menghasilkan buah-buah roh dalam kepemimpinannya. Buah-buah roh ini menandai kehidupan pemimpin yang memimpin dengan hati.
Buah-buah roh dimaksud seperti yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat Galatia demikian: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu" - Galatia 5:22-23.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar