Rabu, 10 Oktober 2012

Motivasi Dan Pemimpin Kristen


Motivasi dan pemimpin Kristen bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pemimpin Kristen butuh motivasi dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Karena tanpa motivasi, maka pemimpin akan mengalami stag dan tidak efektif dalam kepemimpinannya.

Di sisi lain, motivasi merupakan pemantik bagi pemimpin untuk bertindak dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Motivasi yang kuat memungkinkan pemimpin dapat meraih visi organisasi yang dipimpinnya. 

Dalam Alkitab, kita menemukan terdapat dua macam motivasi kepemimpinan seorang pemimpin. Dua macam motivasi dimaksud, yaitu:

Motivasi yang benar
Dalam I Samuel 16: 7, Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Memang pada awalnya Samuel hendak memilih salah satu dari anak-anak Isai berdasarkan tampang atau penampilan fisik yang gagah perkasa, besar, perawakan yang hebat dan lainnya untuk menggantikan Raja Saul yang sudah tidak layak di mata Tuhan, namun ketika Allah berfirman kepada Samuel bahwa Daudlah yang harus dipilih untuk menjadi Raja atas bangsa Israel, maka di sini terlihat bahwa oleh karena kepekaan Samuel kepada suara Tuhan mengalahkan motivasi awalnya, sehingga dia tunduk dan taat kepada suara Tuhan.
Kepekaan mendengar suara Tuhan melalui Firman-Nya menjadi hal yang utama bagi setiap pemimpin Kristen, agar tetap belajar rendah hati dan mampu menjaga kehidupannya dari motivasi yang salah dan memiliki motivasi yang benar dalam kepemimpinannya. Allah berfirman kepada Nabi Yesaya: ‘Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55: 8-9). Sejarah mengungkapkan, bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang berhasil menjalani perjalanan hidup mulai menurun pada saat mereka menjadi tinggi hati atas keberhasilannya (Amsal 18: 12).
Tinggi hati mendahului kehancuran tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Tuhan Yesus mengajarkan tentang motivasi yang benar dengan istilah “Kasih”. Mengasihi Allah” dan ”mengasihi sesama” yang perlu dimiliki oleh pemimpin Kristen. Hal ini disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada Simon Petrus dalam Yohanes 21: 15-17. Hal mengasihi ditanyakan oleh Yesus kepada simon sampai tiga kali berturut-turut, artinya bahwa mengasihi Kristus dan mengasihi sesama harus menjadi motivasi utama bagi semua pemimpin Kristen, menjadi tugas pribadi mereka. Mengasihi Kristus berarti mengenal dan mengerti keadaan hati Kristus. Rasul Paulus berdoa bagi semua orang di Efesus supaya mereka berakar dan dibangun di dalam kasih, serta mempunyai kekuatan mengerti bagaimana lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus yang melebihi semua akal manusia (Efesus 3: 17- 19). Rasul Yohanes menggunakan kata ”kasih” lebih dari empat puluh (40) kali dalam Injil Yohanes, I Yohanes – III Yohanes. Jadi sesungguhnya motivasi yang benar adalah ”kasih” kepada Allah dan sesama sebagai dasar utama.
Motivasi yang salah
Dalam kepemimpinan Kristen, motivasi selalu mendapat cobaan dan godaan dalam perjalanan kepemimpinan, karena itu Rasul Paulus memberikan nasihat dalam Filipi 2: 3, ”Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”.
Motivasi yang salah adalah mengejar ”ambisi pribadi”. Selanjutnya Rasul Paulus juga memberikan nasihat dalam Roma 15: 1-2: ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk membangunnya.”
Motivasi yang benar dalam kehidupan pemimpin Kristen dapat berubah menjadi motivasi yang salah apabil ambisi pribadi, mencari kepentingan diri sendiri dan tidak menghargai orang lain lagi, karena menganggap diri lebih pandai dan lebih hebat. Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tinggi hati (Mazmur 101: 5); Orang yang mencari popularitas pribadi dan menyombongkan diri sebagai seorang pemimpin Kristen, maka sama halnya dengan dia sedang melawan Tuhan. Rasul Paulus memberikan nasehat dalam Galatia 3:3; Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar