Motivasi dan pemimpin Kristen bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pemimpin Kristen butuh motivasi dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Karena tanpa motivasi, maka pemimpin akan mengalami stag dan tidak efektif dalam kepemimpinannya.
Di sisi lain, motivasi merupakan pemantik bagi pemimpin untuk bertindak dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Motivasi yang kuat memungkinkan pemimpin dapat meraih visi organisasi yang dipimpinnya.
Di sisi lain, motivasi merupakan pemantik bagi pemimpin untuk bertindak dalam menjalankan peran kepemimpinannya. Motivasi yang kuat memungkinkan pemimpin dapat meraih visi organisasi yang dipimpinnya.
Dalam Alkitab, kita menemukan terdapat dua macam motivasi kepemimpinan seorang pemimpin. Dua macam motivasi dimaksud, yaitu:
Motivasi yang benar
Dalam I Samuel 16: 7, Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel:
“Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah
menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa
yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Memang pada awalnya Samuel hendak memilih salah satu dari
anak-anak Isai berdasarkan tampang atau penampilan fisik yang gagah perkasa,
besar, perawakan yang hebat dan lainnya untuk menggantikan Raja Saul yang sudah
tidak layak di mata Tuhan, namun ketika Allah berfirman kepada Samuel bahwa
Daudlah yang harus dipilih untuk menjadi Raja atas bangsa Israel, maka di sini
terlihat bahwa oleh karena kepekaan Samuel kepada suara Tuhan mengalahkan
motivasi awalnya, sehingga dia tunduk dan taat kepada suara Tuhan.
Kepekaan mendengar suara Tuhan melalui Firman-Nya menjadi hal yang
utama bagi setiap pemimpin Kristen, agar tetap belajar rendah hati dan mampu
menjaga kehidupannya dari motivasi yang salah dan memiliki motivasi yang benar
dalam kepemimpinannya. Allah berfirman kepada Nabi Yesaya: ‘Sebab rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.
Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu
dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55: 8-9). Sejarah mengungkapkan,
bahwa pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang berhasil menjalani perjalanan
hidup mulai menurun pada saat mereka menjadi tinggi hati atas keberhasilannya
(Amsal 18: 12).
Tinggi hati mendahului
kehancuran tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. Tuhan Yesus
mengajarkan tentang motivasi yang benar dengan istilah “Kasih”. Mengasihi Allah” dan ”mengasihi sesama” yang
perlu dimiliki oleh pemimpin Kristen. Hal ini disampaikan oleh Tuhan Yesus
kepada Simon Petrus dalam Yohanes 21: 15-17. Hal mengasihi ditanyakan oleh
Yesus kepada simon sampai tiga kali berturut-turut, artinya bahwa mengasihi
Kristus dan mengasihi sesama harus menjadi motivasi utama bagi semua pemimpin
Kristen, menjadi tugas pribadi mereka. Mengasihi Kristus berarti mengenal dan
mengerti keadaan hati Kristus. Rasul Paulus berdoa bagi semua orang di Efesus
supaya mereka berakar dan dibangun di dalam kasih, serta mempunyai kekuatan
mengerti bagaimana lebar, panjang, tinggi dan dalamnya kasih Kristus yang
melebihi semua akal manusia (Efesus 3: 17- 19). Rasul Yohanes menggunakan kata ”kasih” lebih dari empat puluh (40)
kali dalam Injil Yohanes, I Yohanes – III Yohanes. Jadi sesungguhnya motivasi
yang benar adalah ”kasih” kepada Allah dan sesama sebagai dasar utama.
Motivasi yang salah
Dalam kepemimpinan Kristen, motivasi selalu mendapat cobaan dan
godaan dalam perjalanan kepemimpinan, karena itu Rasul Paulus memberikan
nasihat dalam Filipi 2: 3, ”Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang
menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri”.
Motivasi yang salah
adalah mengejar ”ambisi pribadi”. Selanjutnya Rasul Paulus juga memberikan
nasihat dalam Roma 15: 1-2: ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang
yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri. Setiap orang
di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita demi kebaikannya untuk
membangunnya.”
Motivasi yang benar dalam kehidupan pemimpin Kristen dapat berubah
menjadi motivasi yang salah apabil ambisi pribadi, mencari kepentingan diri
sendiri dan tidak menghargai orang lain lagi, karena menganggap diri lebih
pandai dan lebih hebat. Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tinggi hati
(Mazmur 101: 5); Orang yang mencari popularitas pribadi dan menyombongkan diri
sebagai seorang pemimpin Kristen, maka sama halnya dengan dia sedang melawan
Tuhan. Rasul Paulus memberikan nasehat dalam Galatia 3:3; Adakah kamu sebodoh
itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam
daging?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar